Facebook Badge

Tuesday, December 8, 2009

PANDUAN WISATA ALA BACKPACKER (UNTUK PEMULA)

Apa isi Buku Panduan ini? Buku ini memang dikhususkan untuk mereka yang ingin menjelajah Eropa dengan dana terbatas dan merancang perjalanan sendiri atau berwisata ala backpacker pemula, artinya mereka belum pernah melancong sendiri ke Eropa. Edisi pertama buku “Panduan Wisata ala Backpacker” ini akan membahas tempat-tempat wisata terkenal di BENELUX (Belgia, Netherlands dan Luxembourg) plus Perancis (Paris dan Nice) dan Trier (Jerman). Paris dan Trier dimasukkan karena kedua kota itu relatif cukup dekat ke BENELUX. Saya masukkan Trier di sini karena jika anda benar-benar dibatasi dana dan waktu, tetapi anda ingin melihat peninggalan kejayaan Kekaisaran Roma, anda tidak perlu jauh-jauh ke Italia di selatan Eropa. Di jaman Kekaisaran Romawi, Trier mempunyai julukan “Roma Seconda” karena enam kaisarnya pernah tinggal di kota ini. Semua bangunan di Trier hampir sama dengan bangunan yang ada di Roma (gereja Cathedral/ Gothic, amphitheater, gedung pemandian ala Romawi, dan jembatan Romawi) Informasi apa yang bisa anda dapatkan dari buku ini? Untuk setiap kota saya sajikan informasi : 1. alat transportasi untuk mencapai kota tujuan anda dengan moda apa pun anda mencapai negara tersebut 2. transportasi terbaik untuk berjalan-jalan selama berada di kota 3. cuaca 4. informasi penting (pusat informasi turis, bahasa, mata uang, perbedaan waktu, kantor pos, kode area, dan kedutaan Indonesia). Tempat pertama yang harus anda kunjungi adalah pusat informasi turis untuk mengetahui kegiatan saat itu, informasi pemebelian tiket masuk dan transportasi. Anda bisa update itinerary yang sudah anda rancang jauh-jauh hari dengan informasi yang anda dapatkan dari petugas di informasi turis. 5. tips wisata hemat (tempat makan, museum/ atraksi gratis, hemat tiket transportasi) 6. tempat-tempat yang wajib untuk dikunjungi (rekomendasi, pilihan ada pada anda) 7. tempat belanja 8. Event / Atraksi tahunan (banyak kegiatan diadakan tanpa harus membuat anda mengeluarkan uang) 9. Tempat hiburan malam 10. Contoh kegiatan jika anda hanya punya waktu satu hari di kota yang anda kunjungi 11. Warung Internet (walaupun hampir semua hostel di Eropa mempunyai fasilitas 2 komputer dengan koneksi internet dengan tarif 2 euro per 30 menit atau wifi di lobbynya, tetapi jika dalam keadaan darurat saat anda sedang berjalan-jalan membutuhkan internet, anda bisa datang ke cafĂ© internet) 12. Hostel : Saya hanya menulis hostel yang direkomendasikan. Untuk selengkapnya anda bisa lihat di http://www.hostelworld.com atau http://www.hostelbookers.com) Dan yang terlebih penting di bagian pertama saya selipkan informasi bagaimana mengurus visa schengen dan dokumen perlengkapannya. Karena dari pengalaman yang saya ketahui di milis, banyak teman-teman yang gagal mendapatkan Visa Schengen. Maka saya pikir sangat penting untuk memberikan informasi tersebut, sehingga anda benar-benar mempersiapkan diri dengan baik agar perjalanan anda tidak terhambat hanya karena urusan Visa. Akhirnya, saya berharap buku kecil dan sederhana ini dapat membantu teman-teman merancang perjalanan dan itinerary serta budget untuk mengintip kota-kota di BENELUX dan tetangganya. Jika ada hal yang belum ditulis di sini, anda masih bisa improvisasi dengan informasi gratis yang anda dapatkan di Pusat informasi Turis di kota yang anda tuju. JIka anda tertarik untuk mendapatkan copy , silakan kontak smusdar@hotmail.com Subyek : panduan backpacker harga : 25.000 belum termasuk ongkos kirim

Trier, Roma Kedua di utara Eropa

oleh : Sari Musdar, backpacker & HRD professional Jika anda berkesempatan berwisata ke Paris dan ingin melihat sisa-sisa budaya Romawi kuno tetapi anda tidak ada waktu ataupun dana lebih untuk pergi ke Italia, Trier adalah jawabannya! Kota tertua di Jerman yang menjadi salah satu obyek wisata Jerman selain Berlin dan Frankfurt ini, sebenarnya terletak dekat Luxembourg, tetapi jika anda sedang berada di Paris, anda dapat naik kereta TGV selama empat setengah jam dengan biaya sektar 20 euro. Tetapi jika anda tidak tertarik untuk mengetahui arsitektur di jaman Romawi pun, masih ada satu alasan mengapa anda harus menyempatkan diri melongok ke Trier. Anda pasti tahu Karl Marx bukan? Nah jika anda penasaran seperti apakah negara tempat pengusung aliran Marxisme itu lahir, datanglah ke Trier. Kota cantik di ujung barat daya Jerman ini pun pernah dilirik panitia penyelenggara F1 untuk menjadi salah tuan rumah perlombaan balap mobil bergengsi tersebut di awal tahun 2000. Saat mengadakan Euro-trip di musim panas tahun 2006, terus terang, Trier tidak ada dalam daftar itinerary saya. Mendengar namanya saja saya belum pernah. Kebetulan setelah saya mengunjungi Paris, saya sempat ke Luxembourg. Petugas di pusat informasi Luxembourg menyarankan saya untuk mengunjungi kota Trier. Trier hanya berjarak 15 kilometer dari Stasiun Luxembourg yang dapat dicapai dengan kereta selama 40 menit. Perjalanan 40 menit dengan kereta Luxembourg-Trier, serasa perjalanan dengan mesin waktu yang berhasil menembus lorong waktu sepanjang ribuan tahun dan melemparkan saya ke masa kejayaan Kekaisaran Romawi di Jerman. Sepanjang perjalanan dari balik kaca kereta, anda dapat menikmati pemandangan desa Eropa yang indah. Situs peninggalan budaya Romawi kuno di kota ini membuat Trier seperti museum hidup yang terus abadi tak tergerus gelombang waktu selama beratus-ratus tahun. Saya menduga, saat Trebeta menemukan kota ini pertama kali dua ribu tahun silam, raja bangsa Assyria itu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Trier bagaikan gadis putih cantik berpipi segar montok kemerahan seperti lukisan-lukisan abad pertengahan. Lembah subur yang terletak di sebelah kiri aliran sungai Moselle ini memanjakan penduduknya dengan kekayaan alami hutan, tanah yang subur dan kebun anggur Mosel. Trier mempunyai luas dua kali lebih lapang dari Jakarta tetapi hanya didiami oleh penduduk yang hanya 1 % dari jumlah penduduk Jakarta. Penduduk Trier mempunyai dialek yang berbeda dengan orang Jerman pada umumnya. Secara budaya, Trier memang lebih dekat ke negara tetangganya, Luxembourg. Ada tiga bahasa yang digunakan di kota kecil ini, Luxembourgish (bahasa asli Luxembourg), Perancis (karena di abada 18 dan 19 pernah diduduki Napoloen Bonaparte), dan Jerman. Jika anda tidak berkesempatan mendengar ketiga bahasa itu diucapkan oleh penduduk setempat, setidaknya anda bisa mengetahui dari tulisan di kartu pos yang dijual di pusat informasi turis. Hampir semua kartu pos menuliskan keterangan foto pada kartu dengan tiga bahasa tersebut. Keluar dari stasiun kereta, setelah berjalan kaki selama 8 menit bangunan pertama yang kita lihat adalah Porta Nigra (Porta = Gapura, Nigra= Hitam). Gapura ini dulunya adalah bagian dari dinding kota empat tingkat (seperti dinding raksasa di China) yang mengelilingi kota Trier dan masih tampak gagah menantang jaman selama belasan abad. Nasibnya jauh lebih baik dari pemandian Taman Sari di Yogyakarta yang sudah tidak jelas bentuknya. Berjalan lima menit dari gapura hitam terdapat rumah kecil yang dijadikan Tourist information (An der Porta Nigra, D-54290 Trier telp 49-651-978080) di mana pengunjung dapat menemukan materi dan informasi wisata dalam bahasa Inggris. Seperti ingin menghalau kesan suram yang ditunjukkan Porta Nigra, tak jauh dari gapura raksasa berwarna hitam itu orang Romawi menghiasi kota Trier dengan bangunan berwarna pink cerah, Palace of Trier. Istana pink tempat kaisar roma tinggal ini dikelilingi taman bunga dengan patung-patung Romawi. Sejak kota ini diduduki oleh Kaisar Augustus dari Romawi, Trier mempunyai nama latin Augusta Trevorerum dan julukan “Roma Seconda” (Roma Kedua). Roma Seconda pernah menjadi ibukota Kekaisaran Romawi Barat. Bahkan Kekaisaran Constantin pernah berdiam di Trier selama beberapa tahun dan mendirikan gereja St Peter Cathedral. Selain melihat sisa-sisa kejayaan budaya Romawi kuno dan keindahan alam Trier, kita dapat juga melakukan wisata kuliner masakan Franco-German serta melihat festival ‘Altstadtfest’ di musim panas dan Festival natal di musim dingin. Festival ‘Altstadtfest’ adalah kegiatan tahunan dimana semua penduduk kota tumpah ruah pada satu pesta besar dengan hiburan langsung, makanan lokal, minuman anggur dan beer. Tetapi jika anda menyukai suasana Natal, waktu terbaik datang ke sini adalah di bulan Desember, karena Trier menjadi tuan rumah pasar natal terbaik di Eropa. Berikut adalah tempat-tempat yang layak untuk dikunjungi untuk melihat kebesaran budaya Romawi kuno di Trier : 1. Porta Nigra, dibangun sekitar tahun 180 dimana pada saat itu kekaisaran romawi banyak mendirikan bangunan menggunakan bebatuan besar bergaya baroque atau gothic, merupakan pagar terbesar peninggalan sejarah Romawi kuno di utara pegunungan alps dan ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. 2. Hauptmarkt (Pasar Utama) adalah pusat kota Trier selama 2000 tahun. Di mana terdapat Market Cross, air mancur St peter serta Gereja St Gangolf. 3. Dom/ gereja St Peter Cathedral adalah gereja terbesar yang dibangun pada abad 4, berjarak 100 meter dari Hauptmarkt. 4. Pemandian Romawi. Trier mempunyai 3 pemandian umum yang sangat luas, Pemandian di sini adalah pemandian terbesar diluar Roma, Italia. 5. Amphitheatre : sisa-sisa jejak arena Romawi untuk pertandingan gladiator dan binatang, dibangun tahun 100 M yang dapat menampung sekitar 20.000 penonton. 6. Spielzeugmuseum trier (museum boneka). Di sini kita dapat melihat boneka pada abad 18 dan 19 terutama boneka kayu pada 300 tahun lampau. 7. Gerja St Gangolf, dibangun pada abad 12. Terletak di kawasan Hauptmarkt, gereja ini dari tampak luar tidak terlihat hanya gapura kecil bergaya Gothic yang terlihat menjorok ke depan bersama kedai-kedai dan toko-toko. 8. Jembatan Romawi (Romerbrucke) yang dibangun tahun 144-152. 9. Liebfrauenkirche (Gerja Santa Maria), merupakan gereja gothic pertama di Jerman 10. Rheinisches landesmuseum : terletak di dekat pemandian imperial, dimana pengunjung dapat mengetahui perkembangan sejarah jaman tengah, romawi dan Kristen. 11. University Graduation hall (promotionsaula) yang dulunya adalah Sekolah Jesuit (Seminari) dimana Karl Marx pernah bersekolah di sana. Jika waktu anda tidak banyak, satu hari cukup untuk melihat obyek wisata yang anda sukai untuk sejenak merasakan kejayaan bangsa Romawi. Tetapi jika ada waktu luang, tidak ada salahnya mengunjungi kota terdekat, Konz, untuk melihat museum terbuka di Roscheider Hof, yang menyajikan bagaimana penduduk di kawasan Moselle hidup 200 tahun lalu, Luxembourg untuk melihat kota tua Grund dan keindahan alam Ardennes atau Frankfurt yang berjarak 110 km.

Saturday, October 3, 2009

My first Novel, "Cinderella in Paris"

Actually I never intended to make this novel before. Ten months ago there is an editor from MASMedia in Centre Java interested with my article "Backpack to Europe" (in bahasa) http://www.gagasmedia.com/pariwisata/penulis/jalan-jalan-murah-ke-eropa-jadi-backpacker-yuk-2.html#comments He then asked me to write a non fiction-book tells about single-30s-women live at big cities in Indonesia which he promised will be published but his employer where he works. Unfortunately there was an accident at my lap top, at that time I stayed at my sister's house in Melbourne, and I forgot to save my work (the book's draft) at USB. Voila, I informed that to that editor, but seems he didnt believe with my reason to ask more time for the deadline. In short, while I am back to Jakarta, Indonesia, I try to continue write the book, but suddenly I change my mind, "what I dont try to write a novel" This novel 80 % based on my true story and my best-female-frieds' story so I dont need much time to finish it, it only takes 2 months!! So what is the novel try to tell you? this is not only chicklit, this is not only a physical journey of the person in this novel to Europe, Australia, meet local guys there, this is also about spiritual journey of the person to see not only about love, but also destiny and life it is. My vision is all the 30s single-girls who read this novel will felt being entertained and also stand up for facing the life, grab love that comes to them.. and for many indonesian people to stop burden us with that social pressure, stop judging us, stop labelling us as unpretty or any bad label.. Love is God's gift Love is wonderful and true love will come when you stop looking on it until he comes in front of you E-book version of this novel can be downloaded at http://www.ziddu.com/download/6755795/CinderellainParis.pdf.html

perjalanan ribuan kilometer selalu dimulai dari satu langkah

Sewaktu saya menulis kisah perjalanan backpack saya ke Eropa di sebuah website gagasmedia.com, ada pertanyaan atau pun komen dari teman-teman yang membaca tulisan saya, "Mbak, saya belum pernah backpack atau jalan-jalan ke luar Indonesia, takut ngga sih Mbak kalo jalan-jalan sendiri gitu?" Saya tertawa, karena duluuuuu sekali, saya tidak pernah membayangkan bisa menjelejah ribuan kilometer dari rumah saya. Saya yang waktu kecil ringkih selalu mabuk darat saat naik mobil atau bis, beberapa tahun kemudian bisa menjelajah ke beberapa tempat. Seperti kejadian yang masih baru, saya masih ingat, dulu setiap pergi naik mobil, begitu mobil distarter, saya langsung merebahkan diri di pangkuan ibu saya, karena takut pusing. Perjalanan backpack pertama saya dilakukan saat saya masih kuliah di bandung bersama teman-teman kuliah di Fakultas Hukum UNPAD ke Yogyakarta. Kami sepuluh perempuan selama ini pergi dengan orang tua mengikuti paket tur dan belum pernah jalan-jalan ala backpack dengan nekatnya memilih akan menggunakan kereta Bandung – Yogyakarta kelas ekonomi. Walhasil selama delapan jam di jalan kami menghabiskan waktu perang melawan kecoa-kecoa kecil dengan gulungan Koran, belum lagi di awal kami memasuki gerbong kereta yang kami naiki, sempat beradu mulut dengan bapak-bapak yang salah duduk di tempat kami tetapi tetap ngeyel duduk di tempat yang tidak sesuai dengan nomor kursi di tiketnya. Kami perempuan-perempuan manis, dengan sok-soknya ingin mencoba petualangan di kereta ekonomi Bandung- Yogyakarta. Walhasil, sepanjang 10 jam perjalanan, tangan kami yang dibekali gulungan koran sibuk menggebuki anak kecoak yang tanpa malu-malu datang bertubi-tubi membawa sanak keluarganya ingin berkenalan dengan kami. Tapi anehnya kok itu malah membuat kami tertawa-tawa dan tidak kesal. Dari pengalaman pertama ini lah, saya (dan teman-teman) belajar membuat perencanaan untuk acara jalan-jalan, menghitung budget dan membuat itinerary sendiri dengan sebelumnya mencari informasi selengkap-lengkapnya tentang tempat-tempat tujuan yang akan kita lihat. Jadi, perjalanan sejauh apa pun dimulai dari satu langkah kecil, mulailah dari sekarang!

Saturday, August 1, 2009

Indonesian Creative product -every end of June

To promote Indonesian product, every year during 4 days in JCC Jakarta, indonesian government organize an expo to introduce creative product from all regions in Indonesia (not only handicraft, but also software/ e life style This event is so effective since during those 4 days there are a huge transaction of the spot amounting 30s billion IDR (1 USD = 9,000 IDR) visit this site http://oceanebleue.multiply.com/photos/album/107/indonesia_creative_product_expo_ to see the others product's pictures

Nikah adat jawa kini tak sulit lagi, lihat contekannya di software lorobonyo

Saya ingat sekali, sekitar tahun 2000 saat kakak saya akan menikah, ada sedikit kehebohan di rumah dan keluarga besar ibu saya. Kebetulan kakak menikah dengan lelaki jawa juga,s ehingga diputuskan untuk menikah dengan adat Jawa. Sayangnya ternyata menikah adat Jawa itu, cukup sulit dan ribet, karena tidak setiap orang Jawa mengerti adat penikahan Jawa, apa saja prosesinya/ upacara ritualnya, dan bagaimana penyusunan panitia pelaksana untuk masing-masing prosesi tersebut, siapa yang berwenang menjadi PIC/ person in charge, misalnya siapa yang bertugas untuk membawa air siraman, dan lain-lain. Untuk keperluan tersebut, kakak harus "berkonsultasi" dengan seorang Pakde dari pihak Ibu yang memang pengalaman menikahkan anak-anaknya dengan adat Jawa. Untungnya saat itu Pakde masih sehat, sehingga bisa datang saat diundang rapat panitia pernikahan kakak. Zaman sudah berubah, sekarang kita tidak perlu seribet itu, pusing bertanya ke orang-orang tua, atau ahli di bidang adat Jawa. Rekan saya, konsultan IT, yang belajar dari pengalamannya mengadakan pernikahan adat Jawa tanpa bantuan wedding Organizer (bahkan tidak semua WO faseh, paham benar tentang prosesi pernikahan adat Jawa lho) beberapa tahun lalu, membuat software pernikahan adat ala jawa (solo). Software ini diberi nama LoroBlonyo. LoroBlonyo adalah patung sepasang pengantin jawa (lihat photo1), software ini sendiri benar-benar merupakan panduan lengkap tatacara dan upacara ritual pernikahan ala adat Solo/ jawa. Cara penggunaannya pun mudah cukup menginstal CD Rom ini ke PC kita, dan proses penginstalannya pun mudah, tidak menghabiskan waktu lebih dari 1 menit. Isi software ini antara lain : 1. panduan/ urutan prosesi pernikahan dilengkapi naskah pidato/ kata-kata yang harus diucapkan PIC pada suatu upacara ritual dalam bahasa Jawa dan terjemahannya dalam bahasa indonesia, PIC dalam setiap upacara ritual, alat/ kelengkapan dan pakaian serta photo 2. data base untuk penyusunan panitia 3. data base untuk nama dan alamat undangan (kita bisa mengontrol status undangan, sudah terkirim atau belum) Sebagai gambaran tentang pernikahan adat jawa, berikut adalah urutan-urutan upacara ritual dalam adat Jawa : 1. Doa niat kabul/ wilujengan Disampaikan oleh orang tua Calon Pengantin Wanita (CPW)/ wakil dari pihak CPW, dengan maksud, tujuan dan harapan agar niat dan rencana putrinya terkabul dengan baik. Pada umat Islam doa niat kabul diadakan dengan pengajian (mengundang ustad atau ibu-ibu pengajian) 2. Bucalan, bleketep, tuwuhan 3. Siraman 4. Midodaren/ nyantri peningset 5. Akad nikah 6. Upacara panggih temu a. balang-balangan sirih : kedua mempelai saling melempar 7 ikatan daun sirih dan jeruk yang diikat b. wiji dadi/ mecah endog : mempelai pria menginjak telur ayam dengan kaki kanan, lalu dibilas oleh mempelai wanita dengan menggunakan air setaman c. sindur binayang d. timbang e. tanem f. kacar - kucur / tampa kaya g. dahar klimah/ dahar kembul (mempelai pria dan wanita saling menyuapkan makanan dengan lauknya h. bubak kawah - rujak degan : diadakan bila mempelai wanita adalah putri pertama i. tumplak punjen : diadakan bila yang menikah putri ragil/ bungsu/ tunggal g titik pitik/ besan mertuwi : urutan terakhir ritual Panggih, orang tua mempelai pria diperkenankan menengok putra dan menantu barunya. 7. Resepsi pernikahan Nah manfaat dari Software LoroBlonyo ini, selain kita menjadi paham dalam waktu singkat dan mudahh tata cara pernikahan adat Jawa lengkap dengan susunan panitia, peralatan/ property masing-masing prosesi dan pakaian, kita juga mendata undangan serta dengan mengetahui masing-masing prosesi, kita bisa memilih prosesi mana yang bisa kita ikuti/ kita hilangkan, sesuai dengan budget. Harga Software ini Rp 60.000 (belum termasuk biaya kirim).

Wednesday, July 29, 2009

Jakarta

so here they are the photos of "plesiran Jakarta"This event successfully held by only one person, Ade Purnama.. Why success ? cause there are more than 500 person mostly young person who interested to join in his program ---trying to get closer with Jakarta, especially the history and not only Indonesian, some expatriates also come to this event. The journey began from Escomto building (was Bank building in Dutch colonial government, too bad, Indonesian government not interested to keep this heritage) Then we enjoy our breakfast “Nasi ulam” and watching Jakarta lay out in Dutch colonial era..Gee, Jakarta at that time so beautiful like Amsterdam, the river was still clean and people at that time have dating on boats and the guys played guitar –oh so romantic, just like in Paris hehehe Alwi as Historian explain us –his next generation—history of some buildings and Jakarta History

Tuesday, July 28, 2009

Indonesia calendar of events 2009

Indonesia is the world's largest archipelago stretching 3200 miles from east to west at equator between Asia and Australia, consisting of more than 17,000 islands (The major islands are Sumatra, Java, Kalimantan, Sulawesi, Papua, and Bali), which riches of cultures, language and dangerously-beautiful-nature and scenery. We have 480 ethnic groups speaking 583 different language who uphold our traditional cultural & ritual. Since today is already mid year, I only quoted the events from July-December 2009 July TOBA LAKE FESTIVAL Parapat & Samosir Island, North Sumatra Lasting a whole week, this festival is centered around Toba Lake, in the highlands of North Sumatra. The Festival features traditional sports, boat races, cultural performances and contemporary shows, horses races, water sport competitions & local handicrafts exhibitions. August 25-20 KRAKATAU FESTIVAL This annual events is held at the end of August to remember Krakatau's eruption in the late 19th century. The volcano is located in the Sunda Strait, South of Lampung, in the southern tip of Sumatra. If you like snorkelling, you can enjoy at the sea and see the tremendous scenery around the volcano & deep at the sea. 4th week of August BORNEO FESTIVAL Banjarmasin, South Kalimantan (Borneo) To honour the Dayang & Melayu culture, this event is participated by all the provinces in Kalimantan, as well as Brunei darussalam & Malaysia as honored guests. September BUNAKEN FESTIVAL Manado, North Sulawesi (Celebes) Bunaken is known for its fabulous underwater garden & extinct volcano, Manado Tua (note : Tua = Old) The festival presents art and cultural performances from the ethnics groups living in North Sulawesi. November 1- 30 ART SUMMIT INDONESIA (ASI) Jakarta ASI is an international contemporary art festival presenting performing groups from foreign countries. The event's program take place in various venues in Jakarta December 1-2 ASIAN FORMULA 3 Sentul International Circuit The best of Asian drivers compete in this international event for the title of Best Asian F3 Driver. For another major & supporting events kindly visit following websites : http://www.my-indonesia.info http://indonesiatourism.go.id http://indonesia.travel All photos here are writer's property and writer has right on those pictures

Monday, July 27, 2009

bagaimana cara mengurus visa Schengen (Eropa) & Apply kedutaan mana yg paling simple?

bagaimana cara mengurus visa Schengen (Eropa) & Apply kedutaan mana yg paling simple? Di milis IBP (Indobackpacker) & di suatu web site dimana saya menulis ttg perjalananan ke Eropa : http://www.gagasmedia.com/pariwisata/penulis/jalan-jalan-murah-ke-eropa-jadi-backpacker-yuk-2.html#comments ternyata banyak juga pertanyaan mengenai pengurusan Visa Schengen (selanjutnya kita sebut VS aja ya biar cepat). Apa sih Visa Schengen itu? Visa Schengen adalah visa yang harus kita miliki sebelum melakukan perjalanan ke beberapa negara yang termasuk dalam daftar Perjanjian Schengen yang ditandatangani tahun 2001. Tidak semua Negara-negara di Eropa termasuk dalam Perjanjian Schengen, tetapi hanya beberapa negara berikut : 1. Austria 2, Belgium 3.Czech Republic 4. Denmark 5. Estonia 6. France 7. Finland 8. Germany 9. Greece 10. Hungary 11. Iceland 12. Italy 13. Latvia 14. Lithuania 15. Luxembourg 16, Malta 17. Netherlands 18. Norway 19. Poland 20. Portugal 21. Slovakia 22. Slovenia 23. Spain 24. Sweden Indonesia termasuk salah satu negara yang diharuskan warganya yang ingin mengunjungi salah satu atau bbrp negara Schengen memegang VS (berbahagialah warga negara tetangga kita, Singapura yang bebas visa untuk mengunjungi Negara-negara Eropa). Nah, apa sih yang harus kita siapkan untuk pengurusan VS ini? Sebelum datang ke kedutaan di salah satu negara Schengen tadi, siapkan terlebih dahulu dokumen-dokumen yang harus kita bawa saat pengajuan VS : 1. Paspor yang masih berlaku (minimal 3 --6 bulan setelah masa visa berakhir, tergantung dari kebijakan masing-masing kedutaan, tp lbh aman durasinya 6 bulan) 2. Tujuan kunjungan Dokumen yang menjelaskan tujuan kedatangan kita ke negara Schengen (surat pernyataan kita, dan surat referensi dari kantor, yang menyatakan tujuan kepergian kita dan menjamin setelah masa kunjungan kita ke negara Schengen kita akan kembali ke Indonesia dan bekerja), dan dibuktikan dengan dokumen-dokumen pendukung : a. bukti booking tiket PP b. bukti booking hotel/ hostel di negara tujuan/ bbrp negara tujuan, jika kita pergi sebagai turis untuk backpacker, website yang saya rekomendasikan untuk booking hostel adalah http://www.hostelworld.com c. surat asli undangan dari orang yang akan kita temui di sana (tempat pertama kali kita datang ke negara schengen), jika kita akan tinggal di tempat orang yang mengundang kita Surat ini isinya antara lain menyatakan pihak pengundang mengundang kita tinggal di negaranya, apa hubungan dgn kita (saudara/ kakak/ adik, dll, jika hubungannya kakak/adik kandung, perlu juga sertakan copy kartu keluarga yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris), dan pihak pengundang menjamin semua akomodasi & tempat tinggal, serta setelah kunjungan, kita akan kembali ke negara asal kita. 3. Dokumen-dokumen lain : a. Foto ukuran paspor (latar belakang foto tergantung kebijakan Embassy) b. Bukti keuangan yang ditunjukkan dari print out buku tabungan minimal 6 bulan terakhir (bisa juga copy deposito) jumlah minimal - 25 euro kali masa tinggal, jika kita tinggal di tempat orang yang mengundang, - 75 euro kali masa tinggal, jika kita tinggal di hotel/ hostel c. form pengajuan VS yang sudah diisi dan ditandatangani, di sini termasuk lampiran jadwal perjalanan kita di Eropa jika memang ingin mengunjungi bbrp negara d. asuransi kesehatan internasional, bisa kunjungi website axa, atau telpon langsung ke 522 5501 harga asuransi ini berkisar dari 30 euro - 70 euro (tergantung masa tinggal kita di sana) NOTE : jika kita akan tinggall di residency saudara/kenalan, pihak yg mengundang kita harus mengirim: a. Surat undangan asli & surat jaminan (disahkan di pemeritah kotamadya / municipal tempat pengundang tinggal b. Bukti gaji 3 bulan terakhir pengundang (pada bbrp kedutaan, contohnya Perancis, dokumennya lebih ribet) c. copy passport pengundang Dari sharing dan pengalaman apply visa, kelihatannya apply di kedutaan Belanda yang paling singkat, mudah dan tidak ribet persyaratannya. Jika negara lain menghabiskan waktu 10-14 hari kerja, Kedutaan ini hanya memakan waktu 8 hari kerja, wawancara juga tidak terlalu panjang sepanjang kita mennyiapkan semua dokumen pendukung lengkap, penting untuk diperhatikan, sewaktu wawancara berpakaianlah yang sopan dan rapi, terutama untuk wanita. Akhirnya saya ucapkan "bon voyage", selamat berjalan-jalan

Wednesday, July 1, 2009

how you handle frenemy?

"Frenemy" (sometimes spelled "frienemy") is a blend of words of "friend" and "enemy" which can refer to either an enemy disguised as a friend or to a partner who is simultaneously a competitor. In personal relationships, the use of the term "frenemy" has become increasingly used to describe two (or more) people who are apparently friends, but are actually enemies. An online dictionary site, http://www.urbandictionary.com, mention one meaning of frenemy which close to my personal case : A "friend" a "bad friend" who cares only about themselves. A friend who gets their way no matter the cost, and who they step on along the way. Classic example: when your best friend steals your boyfriend of three years she was a frenemy all along. In popular culture "Frenemies" was used in the popular New Radicals song, You Get What You Give - released on April 20, 1999. Wake up kids we got the dreamers disease Age 14 they got you down on your knees Souls polite, we're busy still saying please Friendnemies, who, when you're down ain't your friend Every night we smash their Mercedes-Benz First we run; and then we laugh till we cry But when the night is falling and you cannot find the light, light You feel your dreams are dying Hold tight Chorus: --------- You've got the music in you Don't let go You've got the music in you One dance left This world is gonna pull through Don't give up You've got a reason to live Can't forget We only get what we give --------- The word was further popularized when used as the title of an episode in the HBO series, Sex and the City episode #46, October 1 2000, Frenemies. Reading all the definitions, now maybe you're nodding, "hm, it happens on me" yeah, it also happen on famous person like Gwyneth Paltrow, speaking about her frenemy, she commented, "This person really did what they could to hurt me. I was deeply upset, I was angry, I was all of those things you feel when you find out that someone you thought you liked was venomous and dangerous. I restrained myself from fighting back. I tried to take the high road." on my personal life, it laso occur on me, when 2 years ago did a trip with an (EX) BFF to some countries in europe, i realized she always wanna be the central of attention, but the fact many local guys there gave more attention to me who naturally charming (hihihihi narcisius mode on) made her frustated. I helped her to get a dating with an armenian man live in amsterdam, but she still kept teasing agressively to the guys approaching to me, the worst thing when she abruptly & unpolitely cut my conversation with a guy in a train to luxembourg. Well, then she tried to get in touch with me when we were back to indonesia again, I said to her, if you are really wanna make it up, I asked her give me some photos of mine on her camera, but she failed to do that, cause she already deleted my photos!!! So enough is enough, ca suffit, french people say. I choose to be surrounded by positive people, by my real best friends, I dont wanna keep a frenemy near me. But unfortunately she still wanna haunt my life... 2nd experience is : while i stayed in melbourne, there is a young girl from my french course class, sent same message in 3 days-concurrently asking 'WHEN WILL YOU SEND A WEDDING INVITATION, SARI?" on my Yahoo messenger box, despite of asking "how is your trip?" hahaha, it's funny cause long time ago, she's so cute, and I voluntarily wanna be her recicle bin when she complained her bad story, even when she told me so desperately wanna suicide. So, below are the best advise to know how to react to someone who can be classified as your frenemy : How to Spot a Frenemy Step 1 : Understand frenemy variations Frenemies can range from calculatingly callous and manipulative to obliviously selfish and unkind. Just because a person doesn't "mean" to be mean doesn't erase the hurtful impact. Sometimes an unaware insult is more damaging than a deliberate jab. Step 2 : Pay attention to how you act in the presence of your potential frenemy Do you recoil at the thought of spending time with her? Do you clam up whenever he comes around? Do you often talk bad about her to others? Do you feel competitive when he discusses work, hobbies, love life or finances? If you continually act less than the highest, most loving, centered version of yourself when the two of you get together, take note. A frenemy may be in your midst. Step 3 : Trust your initial reactions. The first feelings we have about people and situations are the most accurate. These pure, uncensored observations give us all the information we need to classify somebody as a frenemy. You do yourself a disservice (not to mention set yourself up for more abuse) by analyzing interactions, questioning whether or not you are being too sensitive or making excuses for why a person behaves the way they do. If you feel like you've just received an emotional kick in the gut, then you have just received an emotional kick in the gut. No analysis needed! Step 4 : Look for patterns. If somebody lets you down or acts insensitively on occasion, that doesn't necessarily qualify him or her for frenemy status. Humans are flawed and friendships inevitably follow suit. On the other hand, a person who continually uses you for his or her personal agenda, dishes out insults, breaks promises, ignores your requests or manipulates you with passive-aggressive behavior goes beyond the acceptable friendship margin of error. Step 5 : Acknowledge your paradoxical feelings. Frenemies are hard to decipher because most of the time they have as many, if not more, positive qualities than negative ones. Frenemies will often share your interests and values; if you didn't have these things in common, it would be easy to qualify your frenemies as enemies and move them off your emotional radar entirely. Love-hate relationships are typical for frenemies. Step 6 : Compare and contrast. When trying to decide if a friend is actually a frenemy, weigh the person in question against somebody who you know with complete certainty is a friend. Personality traits become more apparent when viewed this way. Step 7 : Seek validation. If you can't sort it out, talk to a trusted friend or mentor. Perspective from a third party can help you get clear about the nature of your mucky, indefinable relationships. at the end, if you have real best friends, nurture your friendship, respect each other and be grateful for that friendship ! spread love, not hatred Love, sari , june 20,2009 ^_^ source : wikipedia, www.urbandictionary.com, www.cnn.com, my private experience LOL :-P

Monday, June 29, 2009

he's just not that into you, a guidance for girls about man

He’s just not that into you Gals have you experienced this: a guy you crush on give some blur signs to you, or suddenly disappear from your life without prior notice, so you have to be tired of guessing does he have same feeling with you? No need to waste your time for jerk guys, recently I read a book written by a script writer of “Sex and the city” – Liz Tuccilo-- and a comedian – Greg Behrendt-- who also consultant of that script writer. The book my friend and I have read seems will be the Love Guide for Dummies J The experience : At an afternoon in July a friend of mine called me. First of all she told that she is still waiting a visa to perform her job in Numea as diplomatic staff of Indonesian government, but after that –this is the interesting story, as we quite often chat about, MEN—she told about her ex French boyfriend. This complicated guy really made her fed up. This confusing guy in some ways gives sign that he still loves her by calling her (underscore that guy lives in France) sending a birthday gift on her birthday, but then something that shocking her, he without any guilty feeling said that he will have a vacation with his girlfriend ! WHAT THE POINT ? The Guides : So gals here it comes the guides from the book, “He’s just not that in to you”. These following signs show that a guy you met just not that into you : 1. A man doesn’t really like you if he never ask you date They confess : “If we need you, we will seek” He will not let you guess since he wants to make sure that you are not frustrated and leave him. Men love hunting and chasing women. If a man asks you out, if a man is the person trying to get your attention, YOU, GALS, has the control. 2. He doesn’t / never call you : A guy sometimes say “I’m going to cal you”, but never make relationship with a guy who never keep his promise, no need wasting your time wait his call. Only give your phone number to guy who seriously want to meet you again. 3. Doesn’t want to make relationship with you : A guy who told he only want to be a friend or not ready to have relationship with you, not worth enough for you, leave this coward. Men are not different from women, they wish to be emotionally protected if a relationship go to next stage. They will express “I am your boyfriend” to a woman he likes. An Oath in relationship for women : a. No doubt b. No vagueness c. No one unknown d. Nothing express unclearly Try to know him best before make relationship with him. 4. Doesn’t want to touch you : When a man likes you, he wants to give a physical touch to you 5. Has affair with other woman when he is with you There is no good reason for an affair. Any kind of problems he should face to, do not give him right to begin a love affair. Don’t ask what mistake you ever did, an affair doesn’t happen just like that. Tell a lie, have affair, hide something is a contrary to action of a man who really loves you. 6. He wants to meet you when he drunk 7. After being together for long time, he still doesn’t want to marry you Love heal commitment phobia. “A man who had ever in relationship with you and said he never wants to marry, not believe in marriage, or has problem with marriage, WILL UNQUESTIONABLY someday marry, but certainly not with you.” Note this list: a. Do you truly feel being loved b. Do you certainly feel he is really committed with you? c. Do you certainly feel he has doubt to build life with you? If the answer : yes, yes, no, then continue your relationship with him. “Don’t want to marry” and “don’t want to marry to me” is absolutely 2 different things. If both of you has different vision on marriage, is there anything else you have different vision with him? It’s about time to make those list ! 8. He breaks relationship with you In the event he dumps you, ALWAYS BE CLASSY, NEVER BE CRAZY. Things must be done after separate from your ex boyfriend: a. no need to meet him especially has dating, b. no call c. not being close friend d. has own life. Get rid of him, erase him from your life, let him MISS you. 9. He disappears from your life. If this happen, there is no mystery (never pose question why he leaves you or ask what is your mistake so he fade away), he leaves and NOT GOOD ENOUGH for you 10. he is married man 11. He is BASTARD who selfish, always get mad, totally weird If a man truly loves someone he loves to do everything to make his girlfriend happy. Persons who love each other generally will try to do a good thing. In fact in some case there is a motivation to treat his life partner better and make his lover’s life better. All nice and mature men should try to love your family and your friends. The last thing : Make your Own standard in relationship 1. I will not make relationship with a guy who not the FIRST person who ask me for going out 2. I will not make relationship with a guy who make me wait his call 3. I will not have date with a guy who not sure he really wants to have date with me 4. I will not have a date with a guy who make me feel not unwanted physically 5. I will not make relationship with a guy who afraid of talking about our future 6. I will not, in any kind of situation, spend my valuable time with a guy who ever dumped me 7. I will not have date with a married man 8. I will not have relationship with a man who obviously not a nice person, has tender heart, and full of love

Melihat Eropa lebih dekat (bag 04)

Karena tidak banyak yang perlu dikunjungi, setelah pamitan singkat dan bertukar email dengan teman-teman backpacker di Van Gogh Youth Hostel, saya segera pergi ke Stasiun Brussel Midi untuk melanjutkan perjalanan ke Paris dengan kereta Thalys. Dibandingkan dengan kereta Amsterdam-Brussel, kereta ini jauh lebih bagus dan bersih dan tentu saja lebih mahal. Perjalanan ini tidak memakan waktu lama, 1 jam 25 menit kemudian saya sudah tiba di Stasiun Paris Nord. Begitu tiba di Stasiun yang besar ini, saya mengalami sedikit masalah dalam komunikasi, karena tidak semua orang Perancis bisa dan mau berbicara dalam bahasa Inggris, maka mau tidak mau saya harus mempraktekkan bahasa Perancis saya, dengan kata-kata pertama : “excusez moi, vous voulez parles Anglais”?” Untungnya masalah saya sudah terpecahkan, dengan melihat peta Metro yang ada dipajang di beberapa tempat, saya kemudian membeli tiket Metro. Di agenda saya sudah ada beberapa daftar yang harus saya kunjungi di Paris, antara lain Champ Elysee Avenue yang tersohor itu, Arc de triomphe, Musee du louvre, menara Eiffel, Notre Dam (The Our Lady Cathedral), Chateau de Versailles, Montmartre, The Opera dan Parc de Soaux. Sebenarnya sih ada beberapa museum lainnya seperti Musee d’Orsay, Museum Asia, Museum Afrika dan lain-lain, tetapi untuk sementara saya prioritaskan yang ada dalam daftar mengingat waktu dan dana. Mau menghemat biaya? Datanglah ke Museum-museum di Perancis pada hari Minggu di pekan pertama tiap bulannya, karena tidak dipungut biaya seeuro pun untuk masuk ke Museum. Tempat yang pertama saya kunjungi adalah Menara Eiffel. Sebenarnya menara ini adalah kumpulan besi yang disusun menjadi bentuk menara menjulang ke langit yang terdiri dari 3 lantai dan dinamai sesuai dengan nama si perancang. Setiap tahun menara yang menjadi ciri khas kota Paris ini dicat dengan warna yang berganti-ganti. Walaupun mempunyai 4 pintu masuk dan membayar tiket sebesar 3.80 Euro serta harus terengah-engah mengatur nafas karena harus menapaki ratusan anak tangga untuk mencapai tiap lantainya, antusias pengunjung tidak surut. Di lantai kedua ini terdapat restaurant socialite dunia yang super mahal, Kabarnya Tom Cruise melamar Katie Holmes di restaurant yang memang suasananya romantis. Dari Menara Effel saya mengambil metro dengan rute Champ Elysee Clemenceau. Iya, saya ingin menikmati Jalan Champ Elysee yang terkenal sebagai kawasan elit Paris. Selain di sini terdapat Etalase yang menjual barang-barang dan parfum merek terkenal, cafĂ©-cafĂ© terbuka di sepanjang jalan Champ Elysee, restaurant termasuk Planet Holywood, di ujung jalan tak jauh dari Place de La Concorde yang terdapat kediaman Perdana Mentri Jacques Chirac yang dijaga oleh banyak militer. Akhirnya setelah menaiki anak tangga dari stasiun Metro Champ Elysee Clemenceau muncullah saya di kawasan elit ini, dan di depan saya terdapat bangunan yang menyerupai gapura besar yang sudah terkenal, yakni Arch de Triomphe, symbol kemenangan bagi bangsa Perancis. Saya menyusuri jalan sambil memandangi toko-toko di sisi kanan dan kiri. Banyak turis berlalu lalang beberapa hanya melihat-lihat barang bermerek, yang lain sibuk dengan kantong besar belanjaannya, yang lain asik menikmati siang hari yang cerah musim panas baik di kursi-kursi yang berjajar di kafe pinggir jalan atau di restaurant. Setelah melewati taman-taman yang indah, sampailah saya di La Concorde. Tempat ini mudah dikenali karena di tengah-tengah terdapat kolam kecil dan air mancur dengan hiasan warna hijau tua dan emas di tengah-tengahnya. Air yang menyembur menyegarkan kota Paris yang panas terik saat itu. Melewati kolam tertancap dengan tegak L’obelisk, tugu dengan ketinggian melebihi 7 meter ini berasal dari Mesir dibawa peneliti Perancis ke Paris saat mereka meneliti Piramida. Kaki saya terus melangkah setelah sempat berpose di depan Obelisk ke Taman Tuileries. Hm, kalau sudah baca buku Da Vinci Code, pasti bisa ditebak ke mana arah kaki selanjutnya saya langkahkan. Betul, terinspirasi dengan kisah menarik dari The Da Vinci Code, saya menikmati setiap langkah dan pemandangan di depan mata menuju Musee Du louvre dan membandingkan dengan deskripsi Dan Brown tentang daerah sekitar Museum yang sangat luas dan sebagian areanya berada di bawah tanah ini. Ada berbagai pintu masuk menuju Musee du Louvre, tetapi karena saya berjalan dari Champ ELysee, maka saya akan masuk dari bangunan yang bentuknya seperti Piramid, tetapi terbuat dari kaca yang menurut Dan Brown di novel larisnya dipesan oleh Presiden Miterand dan dibuat dari 666 kaca?. Sebelum ke Piramid tersebut kita harus melewati Esplanade de Tuileries, taman yang di tengah-tengahnya terdapat kolam bundar yang dipadati orang –orang yang beristirahat sambil menikmati paparan sinar matahari di kursi-kursi yang disediakan di pinggirannya. Beberapa anak kecil berlari-lari di pinggir kolam untuk menggerakkan kapal-kapal layar kecil dengan tongkat. Melewati kolam tersebut hamparan taman berumput hijau segar dipenuhi pasangan muda-mudi yang bercengkerama tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Langkah saya semakin mendekati Louvre, saya sudah sampai di Pintu masuk Galerie du Carrousel. Bangunan berbentuk gapura ini hampir mirip dengan Arc de Triomphe, dan menjadi obyek foto yang menarik banyak wisatawan. Setelah menyebrangi jalan kecil dan melewati Patung Louis XIV di atas kuda, tibalah saya di depan pintu masuk Piramid. Untuk masuk ke Museum Louvre sebenarnya ada lebih dari satu pintu masuk, selain Pintu masuk utama pyramid, jika menggunakan Metro 1 atau 7, pengunjung masuk dari pintu Palais-Royal-Musee du Louvre yang berada di bawah tanah, pintu masuk Porte de de Lions akses langsung ke bagian seni Africa, Asia, Oceania dan Amerika, atau jika tiket masuk sudah ada di Passage Ricelieu. Datang dari pintu masuk mana pun, akan ada petugas berseragam yang memeriksa pengunjung satu persatu. Setelah melewati pemeriksaan, saya sudah ada di bawah Piramid yang disebut Napoleon Hall. Musee du Louvre terdiri dari 3 bagian utama, bagian sayap Richelieu , Denon dan Sully. Richelieu mempunyai koleksi pameran lukisan pelukis Perancis abad 14 sampai 17, lukisan pelukis Jerman, Flemish dan Belanda, Seni dekoratif abad 17 dan 19, Patung seniman perancis, Seni antik Mesotamia, Iran dan Islami. Sayap yang ada di seberang Richelieu adalah sayap yang sangat terkenal dan banyak dikunjungi lebih dahulu oleh pengunjung, yakni Denon. Selain di sini terdapat lukisan kontroversial yang sangat terkenal itu dan membuat Dan Brown membuat tulisan yang teorinya cukup menggoda keyakinan para pembacanya, Monalisa (masyarakat Perancis lebih mengenalnya dengan sebutan La Joconde) kita bisa melihat Lukisan pelukis Italia dan Spanyol abad 13-17, lukisan Perancis abad 19, Apolo Gallery, Mahkota Permata Italia, Patung-patung Spanyol dan Utara Eropa, benda-benda antik dari Yunani, Roma dan Estruscan, seni dan peninggalan Mesir, dan terakhir Seni Afrika, Asia (di sini ada benda-benda pra sejarah dari Nias dan Papua), Oceania, dan Amerika. Sayap yang berada di tengah-tengan Richelieu dan Denon adalah Sully, yang di dalamnya dipamerkan Lukisan Perancis abad 17, 18 dan 19, Gambar / sketsa dari seniman abad 17, 18, dan 19, Seni dekoratif abad 17 dan 18, peninggalan dari Jaman Kerajaan Kuno Yunani, Estruscan dan Romawi, benda-benda dari Raja Mesir beberapa abad sebelum masehi, Jaman kuno Iran dan Arab, dan sejarah Museum Louvre. Saya setuju dengan Dan Brown, untuk benar-benar bisa menikmati semua koleksi Museum yang sangat luas ini, waktu kunjungan normal dari jam 9 pagi hingga 6 sore sama sekali tidak cukup. Kecuali jika hanya menjadi turis dan memandang sekilas hanya untuk sekedar tahu. Untuk benar-benar bisa mengagumi karya maha besar lukisan atau pun ketinggian hasil budaya bangsa kuno berabad-abad silam. Terrnyata untuk bisa mengagumi lukisan pelukis Italia Leonardo da Vinci yang sangat terkenal tidaklah mudah. DI lantai pertama Sayap Denon dipamerkan banyak lukisan berukuran sangat besar, bahkan ada yang berukuran lebih dari 5 meter, dan kebanyakan bertemakan agama Kristen. Di bagian ini dipamerkan pula lukisan Da Vinci lainnya, tapi tentu saja antusias pengunjung lebih mengarah ke Monalisa, dan itu membuat saya harus menanti dengan sabar antrian 3 baris di depan saya bergerak maju. Terrnyata untuk bisa mengagumi lukisan pelukis Italia Leonardo da Vinci yang sangat terkenal tidaklah mudah. Untuk melihat dari jauh sangat sulit, karena lukisan yang pernah dicuri 2 kali ini, ukurannya tidak besar dibandingkan lukisan disekelilingnya dan dilindungi dengan system keamanan yang super ketat, selain banyak penjaga berperawakan besar yang berjaga-jaga disekitar lukisan, Monna Lisa dilindungi lapisan kaca, dan pengunjung hanya boleh berdiri sekitar 1,5 meter di depannya itupun dibatasi hanya 1 menit, lebih dari 1 menit petugas akan menyuruh kita pergi ke tempat lain. Dari Musee du Louvre memenuhi rasa ingin tahu saya, sebenarnya saya ingin melihat gereja kecil yang disebutkan Brown dalam novel larisnya The Davinci Code. Tapi karena setelah bolak-balik di jalan sebelah timur dari Musee Du Louvre, saya gagal menemukan gereja ini bahkan sampai saya jauh berjalan hampir ke Quartier Latin, akhirnya saya beristirahat di Katedral yang lebih terkenal dengan sebutan Notre Dame. Gereja tua yang berbentuk kotak dan langit-langit yang tinggi ini, sampai saat ini masih dipakai oleh umat Kristen untuk kegiatan agama mereka. Umat yang saat itu kebetulan sedang merayakan Pantekosta tetap tenang melakukan misa sekalipun banyak pengunjung yang berjalan memperhatikan interior Gereja di alur khusus yang disediakan untuk pengunjung. Chateau de Versailles adalah tujuan saya berikutnya. Rasanya tujuan Raja Louis XVI membuat Chateau yang super megah dan dikagumi banyak orang sudah terwujud. Bahkan sampai saat ini pun kemegahan chateau ini tidak hanya diketahui bangsa Perancis, tetapi juga semua orang di seluruh dunia, termasuk saya. Menurut sejarah Perancis, Raja Louis XVI iri dengan Raja Louis XIV yang membanggakan Palais Royalnya yang megah itu (yang sekarang digunakan sebagai Museum Louvre di pusat kota Paris ) maka Louis XVI pun tak mau kalah, ia membuat villa tidak jauh dari Paris yang yang jauh lebih megah dari Palais Royal. Chateau yang juga disebut Grand Appartment ini memang jauh lebih besar dan megah dari Palais Royal, dan terletak di sebalah barat Paris jauh dari pusat kota . Saya naik Metro dari Stasiun Palais-Royal-Musee du Louvre menuju Stasiun Versailes Rive droite. Dan pada metro terakhir, seisi metro dipadati oleh turis dari berbagai negara. Sekedar info, untuk menghemat biaya transportasi di Paris, kalau kita bepergian lebih dari 4 hari dalam seminggu, sebaiknya membeli tiket metro mingguan seharga 30 Euro, tetapi kalau kurang dari 3 hari dalam seminggu tiket metro mobiliste seharga 12,10 Euro jauh lebih ekonomis. Kedua tiket dapat dibeli secara otomatis di mesin-mesin penjualan tiket (seperti mesin ATM) atau loket penjualan SNCF di Stasiun. Tiket mobiliste dapat digunakan untuk semua metro dan bis yang kita tumpangi selama 1 hari, sedangkan tiket abonemen satu minggu dapat dipakai untuk hal yang sama selama 7 hari. Chateau de Versailles sangat megah dihiasi berbagai lukisan Raja, Ratu Marie Antoinette dan keluarganya yang berukuran raksasa. Di salah satu bagiannya bahkan terdapat istana kaca, yang semua dinding dan langit-langitnya terbuat dari kaca dan hiasan ornamen emas. Langit-langit yang tinggi tidak dibiarkan kosong, tetapi berwarna-warni dengan hiasan para dewa mitologi Yunani yang pinggirannya dihiasi emas. Villa yang berukuran sangat luas ini mempunyai begitu banyak kamar dan ruangan yang ukurannya besar, mungkin karena itulah di tiket masuknya Chateau ini disebut juga Les Grands Appartments. Di dalamnya dipamerkan semua kekayaan Raja Louis XVI yang membuat pengunjung berdecak kagum, tidak heran jika kemudian pecah Revolusi Perancis, kehidupan Raja, Ratu dan anak-anaknya bagaikan hidup negeri dongeng berkelimpahan harta. Ratusan lukisan yang memenuhi dinding-dinding Chateau ini sebagian besar koleksi lukisan yang memang sudah ada sejak Raja Louis XVI berkuasa yang kebanyakan lukisan potret diri dan keluarga serta lukisan bertema dewa-dewi dan agama. Selain itu terdapat juga banyak patung-patung abad pertengahan dan patung para pelukis yang bekerja untuk Raja Louis XVI dan patung para mentri ataupun orang penting pada masa itu. Sebanding dengan bangunan villanya yang luas, Raja Louis XVI pun mempunyai taman yang super luas dan indah di samping villanya dan masih dijaga keapikannya oleh pengelola Chateau de Versailles. Hari berikutnya kunjungan saya adalah kompleks pemakaman terkenal Le Pere La chaise. Tapi sebelumnya saya memutuskan untuk mengisi perut di restoran makanan china yang terkenal enak masakannya di kawasan Quartier Latin, maklum sudah kangen dengan masakan Asia . Quartier Latin merupakan kawasan gaul di Paris, di sini banyak restaurant yang menyajikan masakan dari beberapa negara, antara lain Perancis, Maroko, China, Italia, dan Yunani, dan merupakan tempat gaul dipadati remaja/ muda-mudi Paris di akhir minggu. Dari Quartier Latin saya naik bis ke daerah Pere La Chaise. Sebenarnya ada pemakaman yang jauh lebih besar di Paris yakni Pantheon yang di dalamnya terdapat makam Presiden Perancis, tetapi pemakaman yang akan saya singgahi ini adalah salah satu makam yang dijadikan obyek wisata para turis internasional. Entah karena unsur lokasi atau kepercayaan yang berbeda antara orang bule dan Indonesia, kalau di Indonesia saya merasa ngeri jika berada di dekat kuburan (apalagi seperti saat ini, saya sudah ada di antara kuburan-kuburan tua yang sudah ada ratusan tahun silam) di sini saya tidak merasa ketakutan akan ada penampakan. Di depan pintu masuk sudah ada papan denah kompleks kuburan yang sangat luas ini. Hanya keluarga terpandang dan kaya raya yang bisa dimakamkan di sini. Kuburan yang saat ini ingin saya lihat adalah kuburan sastrawan dan penulis drama terkemuka Perancis Moliere, komposer musik klasik Chopin dan vokalis band Rock Amerika Serikat tahun 1970an The Doors, James Douglas Morrison (terkenal dengan sebutan Jim Morison, salah satu lagunya yang terkenal adalah Fire). Walaupun sudah ada denah di dekat pintu masuk dan pembagian dalam blok-blok, jalan dan gang, tetapi karena tempat ini sangat luas, sehingga cukup sulit dan memakan waktu untuk menemukan lokasi ketiga kuburan itu. Yang sangat menonjol dan ramai dikunjungi adalah makam Jim Morrison. Walaupun Jim yang terkenal dengan lirik lagunya yang indah bagaikan puisi ini meninggal puluhan tahun silam di apartemennya di Paris, tetapi namanya masih dikenal anak muda yang hidup 20 tahun lebih sejak dia meninggal dan mempengaruhi banyak pemusik terkenal di Amerika. Saat saya akhirnya sampai di depan makam Jim, banyak anak-anak muda dari berbagai negara berdiri di sekitar kuburannya dan menghiasi pusaranya dengan bunga mawar yang mereka bawa untuk sang idola. Sebenarnya sih saya akan cepat sampai tujuan kalau saya naik metro menuju Montmartre , tetapi saya pikir dengan naik bis saya bisa melihat wajah Paris lainnya selain wajah manis sekitar Eiffel dan Champ Elysee. Kalau naik metro saya hanya melihat stasiun-stasiun metro di bawah tanah yang saya lewati. Memang sih rute bis ini agak berputar – putar dan lama dibanding kalau saya naik Metro, tetapi sisi baiknya saya bisa melihat perkampungan imigran Maroko dan Alzajair di Belville (di sini banyak toko-toko daging, roti, minimarket dan restoran milik keturunan Maroko dan Alzajair) dan cite (apartemen-apartemen murah yang kelihatan agak kumuh untuk warga Niger, turunan Maroko, Alzajair dan imigran lainnya termasuk juga keturunan Cina atau Vietnam) di tengah-tengah kota Paris. Bis ini memang melewati perkampungan warga turunan imigran, sehingga bukan pemandangan yang aneh banyak warga dengan rupa beraneka ragam, niger, arab, china/ Asia dan Yahudi yang sebagian kecil dari mereka masih menggunakan pakaian ciri khas mereka. Di depan saya duduk seorang gadis manis keturunan Alzajair bernama Annisa yang baru saja pulang dari sekolah di kawasan Belville tetapi tinggal di Montmartre. Saya tidak sengaja berkenalan dengannya ketika saya berkomunikasi dengan seorang nenek di sebelah kanan saya dan percakapan terhenti karena memang bahasa Perancis saya belum lancar sementara sang nenek yang keturunan Italia hanya bisa bahasa Italia dan Perancis. Akhirnya Annisa mencoba memulai percakapan dengan bahasa Inggris yang terbata-bata. Sampai di depan sebuah bangunan gereja tua, nenek di sebelah saya mengajak saya siap-siap turun “C’est Montmartre , nous descendons” dan saya pun turun. Montmartre merupakan kota tua di perbukitan yang mempunyai gereja tua bernama Sacre Coeur sebagai landmark kawasan ini. Obyek wisata yang bisa kita lihat adalah bentuk geologis kota yang berundak-undak (dari atas jalan di depan Sacre Coeur kita bisa melihat sekeliling kota Paris apalagi kalau menggunakan teleskop yang disedikan di sini), gereja yang sudah ada ratusan tahun Sacre Coeur, pelukis –pelukis keturunan Italia/ Korsica di belakang gereja yang menawarkan jasa mereka untuk melukis potret diri wisatawan yang lewat, cafĂ©-cafĂ©, toko, restaurant dan pasar. Berjalan ke bawah, terdapat banyak toko tekstil yang menjual bahan pakaian dengan harga miring. Jadwal saya pagi ini adalah melihat 2 taman kota (taman di Paris yang luas dan tertata rapi dan indah disediakan gratis oleh Pemerintah kota ) di pusat kota Paris, Le Jardin de Luxembourg dan di selatan Paris , Parc de Soeaux. Saya menuju yang terjauh, dan segera naik metro ke daerah pemukiman di selatan Paris yang tenang, Parc de Soeaux. Sebelum saya sampai ke taman yang dimaksud, saya melewati rumah-rumah besar dengan berbagai macam gaya arsitektur serta taman yang indah di setiap rumahnya, sepintas rumah-rumah berharga jutaan euro ini mengingatkan saya pada kawasan Pondok Indah di Jakarta Selatan. Sesampainya saya di depan pintu masuk taman ini, saya sudah terpana dengan keindahan taman ini, dibandingkan dengan Taman di Chateau de Versailles , taman di Parc de Soeaux jauh lebih luas dan indah. Sabtu siang itu penduduk kota banyak yang berekreasi di sini, ada keluarga muda yang datang untuk piknik, kelompok remaja yang bermain sepak bola, pasangan muda-mudi yang berpacaran, sekelompok orang yang berjemur matahari, sekelompok pria yang memamerkan seni bela diri Brazil lengkap denagn tabuhan gendang, orang-orang yang jogging dan bersepeda. Di salah satu pintu masuk lainnya saya melihat beberapa pasang pengantin Afrika dan Eropa dengan keluarga mereka baru saja berpose di depan Chateau kecil berwarna kuning dengan hamparan rumput hijau di depannya. Chateau itu menurut penduduk setempat memang sering digunakan pengantin untuk tempat mengabadikan pernikahan mereka bersama keluarga. Di depan chateau setelah menuruni beberapa anak tangga sepanjang mata memandang panorama taman hijau yang indah dengan hiasan sejenis pohon-pohon cemara di kedua sisi lapangan hijau di depan saya yang dibentuk segitiga besar yang rapi. Setelah melewati taman luas, berjalan agak ke bawah, terdapat kolam air besar yang membelah taman menjadi dua. Di depan taman di bawah pohon, saya beristirahat sejenak menikmati sinar matahari paris di musim panas yang terik sambil membuka bekal saya dan berkhayal seandainya ada taman seindah ini di Jakarta dimana penduduk kota bisa berekreasi dengan murah bersama keluarganya ataupun teman. Kunjungan kedua saya hari ini adalah taman kota di pusat Paris , Taman Luxembourg . Setiap bulan di pagar taman ini dipamerkan lukisan-lukisan pelukis muda dengan tema yang berbeda, kali ini temanya adalah laut. Banyak pengunjung yang menikmati pemandangan indah lukisan tersebut sebelum ataupun sesudah masuk Taman . Taman Luxembourg tidak terlalu besar, tetapi yang menarik pengelola taman ini memberikan sentuhan seni kontemporer dari pintu masuk sampai mendekati kolam di mana orang-orang berkumpul di sekelilingnya untuk berjemur matahari sore, diantara pasir putih mereka menaruh pasir biru di tengah-tengahnya selebar 4 meter yang dibatasi oleh pohon-pohon kecil dan di atas jalan tersebut di atas pohon digantung foto-foto dengan diberi pencahayaan khusus, sehingga pengunjung taman mengalami sensani khusus saat berjalan di atas pasir biru laut tersebut. Tidak jauh dari Taman Luxembourg yang masih ada di pusat kota , terdapat kawasan tempat tinggal warga paris keturunan India , yang menunjukkan keberagaman etnis penduduk Paris , selain kawasan keturunan imigran Maroko, Alzajair, Italia, dan Cina. Memasuki kawasan India ini, sejenak saya lupa kalau kaki saya masih menapak di jalanan Paris , ibukota Perancis. Melihat toko, restoran dan orang-orang yang memenuhi jalan dan berpapasan dengan saya di kawasan padat ini, seolah olah saya sedang berada di salah satu kota di India . Beberapa toko musik dan film yang menjual VCD dan CD memasang poster dan nama Shah Rukh Kan dan aktris/ actor India terkenal lainnya. Lagu India yang pernah saya dengar di film India yang diputar di Indosiar, terdengar familiar di telinga saya. Beberapa ibu masih menggunakan lilitan sari di tubuhnya lewat di depan saya. Saya berhenti di salah satu restoran vegetarian India di ujung jalan. Restoran yang kecil ini tidak hanya dipenuhi oleh warga keturunan India , tetapi juga warga Paris lainnya. Suasana di sini tidak jauh beda dengan suasana kota di India , hanya saja yang membuat saya tersadar saya masih ada di Paris, saat pelayan restoran yang asli orang India menawarkan buku menu dalam Bahasa Perancis dengan aksen Indianya. Selain kawasan India , ada pula kawasan Pecinan di kota Paris dan kota lainnya. Ada satu kawasan Pecinan yang terkenal di Paris, yaitu Place D’italie (walaupun di kawasan pemukiman ini terdapat juga banyak keturunan Italia). Di Place D’italie yang letaknya agak ke selatan di kota paris, banyak terdapat rumah makan cina dan supermarket yang dikelola warga keturunan Cina, Tan Frere. Saya sempat makan siang beberapa waktu yang lalu di salah satu restoran yang ramai, namanya Hawaii , sup ikannya yang lezat benar-benar membuat saya selalu ingin kembali ke kawasan itu. Setelah beberapa hari berkeliling di kota Paris , rasanya sayang juga kalau sudah bermil-bermil dan berjam-jam terbang dari Jakarta ke Eropa tanpa bermain-main di taman bermain Paman Walt Disney. Yup betul! Pagi ini saya sudah siap untuk pergi ke Disneyland Resort Paris. Walaupun di setiap papan iklan. T shirt, topi dan souvenir lainnya mereka menyebut tempat ini “Disneyland Resort Paris”, tetapi sebenarnya Disneyland bukan bagian dari district Paris (yang mempunyai kode 95) melainkan District Marne La Vallee. Untuk mencapai Disneyland yang dibangun di areal yang dulunya hutan di pinggiran Paris , pengunjung dari Paris dapat menggunakan Kereta RER A dari Stasiun St. Lazare atau Chatelet Les Halles di Paris atau bisa mengendarai mobil selama kurang lebih 40 menit. Jam operasi Disneyland dimulai dari jam 10 pagi dan tutup pada jam 8 malam. Metro yang saya tumpangi sempat berhenti di Stasiun terdekat sebelum Disney, Val D’europe. Menurut keterangan remaja putri setempat yang duduk di sebelah saya, kalau mau berbelanja bisa datang ke pusat perbelanjaan terbesar di District Marne la Vallee, Val D’Europe, di sana juga ada butik resmi souvenir Disney. Oia, tiket masuk Disneyland yang seharga 36 Euro (setara Rp 376.000,-) itu selain bisa diperoleh di Disney, kita bisa juga membeli di Carrefour, dan untuk lebih murah, sebaiknya membeli tiket selambat-lambatnya 5 hari sebelumnya, uang yang kita bayar tidak terlalu mahal, hanya 28 Euro. Setelah memasuki “Main Street USA”, pengunjung bisa bersenang-senang di keempat areanya, yaitu : Frontierland, Discoveryland, Adventureland, dan Fantasyland. Percayalah saya rasa, waktu sekitar 10 jam itu sama sekali tidak cukup untuk bisa puas mencoba semua wahana yang ada di keempat area tersebut belum lagi antrian yang cukup panjang di tiap-tiap wahana. Maka sebelum saya berangkat ke sini saya sempatkan diri untuk melihat website mereka , dan setelah melihat semuanya, saya putuskan untuk mencoba wahana Indiana Jones, Pirates of the Carabean, Big Thunder Mountain, Phantom Manor (sejenis rumah hantu), Space Mountain : Mission 2, Cherie, j’ai retreci le public (masih ingat film Amerika : ‘Honney, I shrunk the Kids”?), Peter Pan’s Flight, It’s small world. Buzz Lightyear laser Blast

Melihat Eropa lebih dekat (bag 03)

Brussel, Belgia Keesokan harinya saya putuskan untuk melanglang ke Negara tetangga, Brussel, Belgia. Brusel merupakan kota yang tidak terlalu besar. Sebagian besar penduduknya berkomunikasi dalam bahasa Belanda dan Perancis, jadi saya harus membawa kamus saku Perancis saya kemana pun saya pergi. Setelah sebelumnya memesan kamar di Centre Vincent Van Gogh (Youth Hostel) yang terletak di Rue Traversiere 8, maka saya naik kereta dari Amsterdam Central ke Brussel Midi dengan harga tiket sebesar 33,4 euro. Hostel yang dikhususkan anak-anak muda di bawah usia 35 tahun ini dulunya adalah semacam apartemen dimana Van Gogh pernah tinggal, terletak tidak jauh dari Le Botanique jardin (Taman Botanique). Hostel yang merupakan gedung tua ini, dikelola oleh anak-anak muda sehingga jelas sekali atmosfir remajanya. Di Lobby semua backpacker dari berbagai negara bisa saling berkenalan dan berbicara tentang perjalanan mereka, minum bir atau minuman lainnya, surfing internet, atau bermain bilyard di tengah ruangan yang hidup dengan musik rock yang menggema memenuhi ruangan yang tidak terlalu luas. Lobby ini semakin ramai setelah jam 6 sore, karena saat itulah kafe dibuka. Tidak banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi di Brussel. Hari pertama saya berjalan kaki menuju Le Botanique Jardin, Grand Place, dan Museum Komik Smurf & Tintin. Le Botanique merupakan taman kota dihiasi tanaman-tanaman hias berwarna-warni dan kolam air serta patung-patung perunggu yang sudah ada di situ sejak abad pertengahan. Saat itu saya melihat sekelompok anak kecil laki-laki yang asik berteriak bermain bola, pasangan muda mudi yang memadu kasih, turis yang sedang bergaya di depan kamera dan pejalan kaki yang lebih senang melewati taman ini ketimbang harus melewati trotoar. Dari taman kota saya melanjutkan jalan-jalan siang ke Grand Place, melewati Mall Super City dan beberapa gedung kota yang bergaya Baroque. Sebelum sampai di Grand Place, saya melewati gang yang penuh kafe dan restaurant Yunani, Italia dan Maroko. Pelayan-pelayan restaurant yang berwajah rupawan dengan pakaian putih bersih atau berjas memanggil para pejalan kaki untuk mampir ke restaurant mereka. Hanya saja perut saya sudah saya isi dengan kebab yang saya beli di kedai kecil milik orang Turki di dekat Mall. Grand Place sebenarnya tak terlalu berbeda dengan Dam Square, di sini orang-orang berkumpul baik penduduk setempat dan turis mengagumi gedung-gedung tua dengan arsitekturnya yang indah. Kalau Perancis mempunyai Menara Eiffel, Italia terkenal dengan Menara Pisa, maka Belgia mempunyai Atomium. Maka pada hari kedua sebelum saya meninggalkan Brussel, saya memutuskan untuk pergi ke land mark Belgia ini. Karena letaknya cukup jauh dari Hostel tempat saya menginap, saya harus naik Metro Line 1 A yang berhenti di Stasiun Bis Heysel. Dibandingkan dengan dua menara yang saya sebutkan tadi, Bangunan Atomium ini relative masih sangat muda, karena baru dibangun tahun 1958 dan direnovasi tahun 2003 dan tidak terlalu tinggi, dengan ketinggian dari permukaan tanah hingga bola tertinggi mencapai 102 meter.. Sesuai dengan namanya, Atomium merupakan 9 bola logam raksasa berdiameter 18 meter yang masing-masing dihubungkan / disangga dengan logam. Tiap – tiap bola mempunyai fungsi tertentu, misalnya pada bola perama selain tempat pengunjung membeli tiket masuk juga merupakan tempat pertunjukkan permanen, pada saatitu dipamerkan mobil-mobil munggil dengan berbagai warna cerah seperti permen. Pengunjung bisa mencapai bola tertinggi melalui lift setelah membeli tiket masuk seharga 7 euro. Di bola tertinggi ini kita bisa melihat pemandangan di bawah melalui layar yang mirip computer, atau kalau ingin suasana romantis sambil mencicipi makanan khas Belgia, bisa mampir di lantai teratas bola ini di “Restaurant Panorama”. Mau mengunjungi dan mengenal lebih dekat Eropa dalam hitungan menit ? Tidak jauh dari Atomium terdapat obyek wisata lainnya yang tidak kalah menarik, Miniatur Eropa. Di sini kita bisa mengenal negara-negara di Eropa melalui miniatur landmark masing-masing negara. Sayangnya saya harus merogoh dompet lagi untuk bisa melihat Eropa mini tersebut.

Melihat Eropa lebih dekat (bag 02)

Amsterdam . Sebenarnya kalau saya cukup pandai membaca peta tersebut, tidak perlu pusing-pusing untuk menemukan Youth Hostel yang saya tuju. Youth Hostel ini bahkan ada di tengah –tengah kota Amsterdam, dan bisa berjalan kaki sekitar 10 menit dari Central station, tapi karena saya belum mahir membaca peta dan kurang kenal kota ini, alhasil saya terpaksa naik metro dan merogoh uang 1,60 euro, mondar mandir di Jalan NZ Voorburgwal, kedinginan di tengah rinrik-rintik hujan dengan temperatur 9 derajat Celcius, serta mampir dulu di kedai kopi (Pie Applenya benar-benar enak dan tidak terlalu mahal, hanya 2 euro) di pojok Jalan NZ Voorburgwal tersebut. Hari pertama sebenarnya rencana saya seperti layaknya turis yang pergi ke Belanda, adalah berkunjung ke Keukenhof untuk melihat hamparan warna-warni bunga tulip mekar yang terletak tidak jauh dari Delft yang menurut buku-buku panduan wisata Eropa adalah taman terindah di Eropa. Tetapi sayangnya menurut petugas wanita di Gedung Pusat Informasi Wisata Amsterdam Keukenhof sudah tutup tanggal 19 Mei. Untuk menutupi kekecewaan saya, saya memutuskan pergi ke Volendam (kampung nelayan di Belanda). Dengan mengantongi tiket pulang-pergi Ariva-waterland seharga 6 euro yang saya beli di VVV, saya naik bis Ariva nomor 118 yang parkir tidak jauh dari Central Amstermdam menuju Volendam. Volendam merupakan kota nelayan yang indah dengan penduduk mayoritas beragama Kristen yang taat. Saya sampai di sana sekitar jam 10.00 pagi dan kebanyakan toko-toko / restaurant di sepanjang pantai itu tutup karena penduduk bergegas pergi ke Gereja untuk misa hari Minggu. Di antara toko-toko ini terdapat Studio Foto yang menawarkan turis mengabadikan kunjungan mereka ke Volendam dengan memakai baju tradisional Volendam. Sebenarnya Belanda mempunyai beberapa baju tradisional, tetapi mungkin yang paling terkenal dan menjadi ciri khas Belanda adalah baju daerah Volendam yang oleh pemerintah Belanda setelah baju ini menang pada lomba baju tradisional kemudian dijadikan trade mark belanda. Di depan /di etalase kaca semua studio memajang foto-foto orang terkenal yang pernah berpose di studio mereka, antara lain foto aktor atau olahragawan belanda dan Eropa, dan yang membanggakan, mungkin karena banyak turis asing dari Indonesia yang selalu mengunjungi daerah pinggiran pantai ini, mereka juga memamerkan banyak foto selebritis Indonesia (yang sempat saya ingat Marisa Haque, Tasya, Meli Manuhutu, Tamara Blezinsky, Rima Melati, bahkan ada juga mantan Presiden Gus Dur), kelihatannya cara promosi mereka cukup berhasil mengundang turis asal Indonesia, saat saya sedang berdiri di salah satu Studio foto, saya mendengar seorang wisatawan Indonesia yang berkeras dengan temannya hanya ingin difoto di Studio Gus Dur pernah berpose. Saya hanya senyum-senyum membayangkan mereka harus meneliti dengan seksama foto-foto ukuran 5 R untuk menemukan wajah Gus Dur dalam kemasan pakaian tradisional Volendam. Sudah jauh ke Volendam rasanya ada yang kurang kalau tidak menyeberang ke Marken, pulau kecil perkampungan nelayan di seberang Volendam. Di depan loket penjualan tiket kapal ferry, dari jarak 5 meter saya sudah mendengar teriakan kakek dalam beberapa bahasa (Inggris, Italia, perancis, Spanyol, Jerman dan tentu saja Belanda) mengajak turis untuk naik ferry ke Marken. Kapal- Kapal Ferry yang menyeberangi kami ke Marken semuanya dimiliki dan dikelola oleh nelayan setempat dan anak-anak mereka. Di marken kita dapat mengunjungi toko-toko souvenir dan restaurant turun temurun yang sudah ada sejak seratus tahun yang lalu. Di sini kita juga bisa mencicipi hasil tangkapan nelayan, berupa ikan tuna, udang, kepiting dan lain-lain dengan harga berkisar 2 – 4 euro per satu porsi kecil. Dari Marken setelah menelusuri jalan NZ Voorburgwal dari Amsterdam Centraal saya beristirahat sebentar di Dam Square. Beberapa turis remaja yang baru turun dari stasiun sibuk menarik kopernya dengan buku Lonely Planet : Europe di tangan. Di alun-alun ini semua turis menikmati sore hari yang cerah di musim semi beberapa orang sibuk mengambil foto diri dan foto gedung-gedung, Musium dan Gereja di sekitar Dam Square, beberapa orang asik memberi makan ratusan burung merpati dan sebagian lagi melihat aksi senirupawan yang berlagak seperti patung menggunakan baju Nostradamus menunggu orang – orang yang lalu lalang di Dam square memberikan koin 2 atau 5 euro. Mau foto berdampingan dengan Bono vokalis U2 atau Elvys Presley dengan biaya 17,5 euro ? Di salah satu sisi Dam Squareberdiri tegak Museum Madame Tussaud yang sangat terkenal dengan patung lilin para selebritis dunia. Maka setelah berada dalam antrian yang cukup panjang, beberapa menit kemudian saya sibuk mengamati patung-patung para pemimpin dunia, ratu dan raja, dan para pesohor dunia lainnya dari kalangan seni, musik dan olahraga. Patung penyanyi Inggris Robin William George Clooney dan Bono (vokalis Grup Musik U2), Julia Robert, Lady Diana dan Elvys Presley cukup menyedot minat banyak pengunjung untuk berfoto bareng dengan gaya pengunjung yang tak kalah seru. Hanya saja sebelum bisa foto bareng dengan orang-orang terkenal tersebut, kita harus mengalami pengalaman seru. Sebelum melihat patung-patung berwajah tampan dan cantik itu, di bagian awal terdapat bagian yang memaparkan sejarah berdirinya kota Amsterdam dengan suasana yang buram, gelap dan menakutkan, dan lebih menakutkan lagi ketika tiba-tiba muncul sosok lelaki besar dengan baju penuh bercak darah dan wajah yang menyeramkan mengaum keras sambil dengan tangannya yang berusaha menyentuh pengunjung. Spontan banyak pengunjung yang berteriak ketakutan, termasuk saya sambil berlari secepatnya meninggalkan ruangan tersebut. Rupanya atraksi tersebut adalah upaya pengelola museum untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada para pengunjungnya, selain juga ditunjukkan proses pembuatan patung lilin. Keluar dari Madame Tussaud masih jam 18.30 dan langit Amsterdam di musim semi masih terang. Saya memutuskan untuk menyusuri jalan sekitar Amsterdam dengan berjalan kaki melalui Universitas Amsterdam terus ke area yang cukup terkenal di Amsterdam, Red Light (nama asli jalan ini adalah Nieuwendijk), semula sih saya ingin mengurungkan niat saya karena aura di sini agak “menakutkan” untuk orang sepolos saya, apalagi saat langkah saya mulai mendekati Red Light District dan melewati beberapa penjaga restaurant atau toko sex berbadan besar dengan jas panjang berpenampilan klimis ditambah makin mencekamkan karena pada saat saya ada di sana ada suara raungan mobil polisi. Wah, saya tadinya mau berbalik badan dan kembali ke tempat menginap melalui Unversitas Amsterdam dan Dam Square, tetapi saya pikir, daripada penasaran, saya tetap cuek ke sana. Cukup miris melewati pemandangan perempuan-perempuan muda dan cantik berpakaian minim yang dipajang di etalase kaca sepanjang gang di Red Light. Di toko –toko yang dikunjungi wisatawan di sekitar kawasan ini selain kaos bertuliskan Amsterdam, pernik-pernik lainnya (tas, topi dll) bertuliskan Amsterdam atau gambar daun ganja juga dijual dan tentunya ganja kering dan cannabis dengan berbagai macam kualitas dibungkus dalam plastic transparan. Bukan hal yang aneh melihat pemadat asik menghirup marijuana dengan bebasnya di jalan, pemerintah Belanda memang memberikan legalitas kepada mereka. What a country ! Selain itu di sini banyak sekali jasa piercing dan pembuatan tattoo. Keesokan harinya saya memutuskan untuk memenuhi obsesi saya lainnya, menikmati lukisan salah satu pelukis idola saya, penganut aliran impressionisme – lebih tepatnya sih aliran pointilisme—van Gogh. Saya ingat betul saya begitu kagum dengan lukisan pelukis yang bernama lengkap Vincent van Gogh, ketika pertama kali saya mengenalnya dari pelajaran Seni Rupa di bangku SMP. Karena letaknya cukup jauh dari Dam Square, saya harus naik subway untuk ke sana . Ternyata benar juga saran pegawai di Pusat Informasi Pariwisata kemarin, jauh lebih baik kalau saya sudah membeli tiket masuk di sana sehingga tidak perlu menunggu dalam antrian yang sangat panjang di depan Museum Van Gogh. Saya berada dalam antrian pengunjung dengan tiket masuk yang tidak terlalu panjang, sedangkan di sisi saya antrian untuk mereka yang membeli tiket masuk di Musium. Tepat jam 10 pintu masuk museum dibuka, para penjaga keamanan dengan seragam warna hijau mencolok dan petugas berseragam jas hitam di dalam museum sudah siap siaga dengan handi talkienya. Penjagaan keamanan di museum ini sangat ketat, setelah melewati pemeriksaan di pintu masuk, tas atau jaket harus dititipkan di tempat penitipan yang dijaga remaja-remaja setempat, untuk mengabadikan lukisan-lukisan Van Gogh pun dilarang keras, kalau tidak petugas berseragam jas hitam akan menegur kita. Saya kagum dengan Vincent van Gogh Foundation yang mengelola museum ini dengan professional, termasuk pula penyajian koleksi lukisan yang sangat menarik. Hal ini mungkin terjadi karena mereka juga bekerja sama dengan sebuah Bank besar di Belanda untuk mendanai program mereka. Seandainya pemerintah Indonesia bisa melakukan hal yang sama, menarik minat wisatawan dan penduduk Indonesia untuk mengunjungi museum… Pengelola memamerkan lukisan dalam beberapa dekade kehidupan Van Gogh, dengan menampilkan tulisan rentetan kehidupan Van Gogh sejak ia kecil, sekolah di Seminari hingga ia beralih memulai karirnya sebagai pelukis dengan bekerja sebagai pemula di beberapa kantor di Belgia dan Perancis. Ingin mengetahui perjalanan hidup dan karya-karya Van Gogh? Ada satu ruangan khusus yang berisi banyak buku, dan juga kalau kita lelah berkeliling gedung dan menaiki anak tangga gedung yang berlantai 4 ini, kita bisa melihat koleksi museum di Komputer yang disediakan di ruangan ini. Di ruangan ini pula kita diajarkan cara membuat lukisan seperti yang dilakukan Van Gogh, misalnya dijelaskan bagaimana dan bahan untuk membuat dasar kanvas sebelum memulai membuat lukisan, perbedaan lukisan Van Gogh dengan lukisan pelukis aliran Pointilisme di era yang sama dengannya. Keluar dari pintu keluar, terdapat toko souvenir yang menjual post card, buku, pembatas buku dan bahkan poster berukuran besar reproduksi lukisan Van Gogh.

Melihat Eropa lebih dekat (bag 01)

Melihat lebih dekat Eropa dengan dana terbatas? Jadi Backpacker yuk Akhirnya setelah menunggu berapa lama untuk bisa melancong ke Eropa saya berhasil mendapatkan visa untuk berjalan- jalan ke beberapa Negara di Eropa Barat sebagai backpacker. Namanya juga perjalanan mancanegara, karena berkaitan dengan urusan kelengkapan dokumen dan biaya yang tidak sedikit, maka semuanya sudah saya persiapkan dengan perencanaan yang sangat matang beberapa bulan sebelumnya, terutama mengenai budget, karena saya membiayai sendiri perjalanan ini dari uang tabungan hasil kerja selama 2 tahun terakhir. Perjalanan ini bukan hanya perjalanan fisik semata, tapi memenuhi obsesi untuk bisa berwisata tidak hanya melakukan kegiatan standar sebagai turis manis yang sibuk mengambil foto dan mengandalkan program dari biro perjalanan, tetapi saya ingin mempunyai pengalaman yang seru juga mengenal kebudayaan dan berinteraksi dengan orang-orang setempat dan backpacker dari negara –negara lain. Untuk pengurusan visa saja sudah memakan waktu dan perlu strategi, terutama setelah adanya isu teroris sejak tahun 2003, beberapa Negara yang tergabung dalam Schengen, memperketat persyaratan pengajuan visa. Untuk backpacker yang bermimpi berjalan-jalan ke beberapa Negara di Eropa Barat, dengan dana yang terbatas, harus pandai –pandai membaca ketentuan yang ditetapkan tersebut sehingga permohonan visa kita tidak ditolak. Sebelumnya saya sibuk surfing di Internet untuk mendapatkan data youth hostel yang murah, aman dan aksesnya mudah dicapai tanpa perlu transportasi serta transportasi dan akomodasi di sana. Saya memilih Negara pertama yang akan saya kunjungi Belanda karena pengurusan visa di Kedutaan ini menurut saya prosedurnya tidak ribet dan memakan waktu lama. Setelah diwawancara saat memasukkan pengajuan visa dan persyaratannya, dan menunggu selama 8 hari, akhirnya saya bahagia melihat visa Schengen dari Kerajaan Belanda ada di halaman 7 paspor saya. Puas, karena saya mengurus sendiri permohonan visa tersebut. Belanda Tanggal 19 Mei saya berangkat jam 18.45 dari Bandara Cengkareng dengan penerbangan KLM-810 menuju Schipol. Penerbangan ini memakan waktu sekitar 13 jam dengan transit selama 2 jam di Bandara Kuala Lumpur (dibandingkan dengan bandara Sukarno Hatta, walaupun sama-sama Negara di Asia tenggara, tetapi Bandara KL jauh lebih bersih, modern dan nyaman), untunglah dari Kuala Lumpur duduk manis di samping saya seorang laki-laki dari New Zealand yang menjadi teman seperjalanan di pesawat, sehingga sisa waktu 10 jam berikutnya tidak jadi membosankan. Teman seperjalanan saya ini bisa dibilang terbang hampir setengah dunia, bayangkan saja, kalau dihitung – hitung dia harus menempuh perjalanan dari New Zealand ke Dublin, Irlandia selama 24 jam dengan transit di 3 airport ! Dari dia juga saya mendapatkan masukan berharga tentang Bandara Schipol yang super besar dan kota Amsterdam . Pertama menjejakkan kaki di Schipol Airport setelah urusan imigrasi, saya sempat terbingung-bingung karena teman SD saya yang semula berjanji akan menjemput ternyata tidak muncul karena ada keperluan penting, terpaksa saya harus bertanya pada orang setempat bagaimana untuk mencapai tempat penginapan yang sudah saya pesan melalui website jasa pemesanan hostel internasional. Walaupun semua informasi / papan petunjuk dan nama jalan ditulis dalam bahasa Belanda, tetapi untunglah kita tidak perlu bisa berbahasa Belanda di sini, karena sebagian besar penduduk bisa berbicara dan mengerti bahasa Inggris. Bandara yang bangunannya modern, bersih dan sangat besar ini mempunyai fasilitas yang lengkap. Di Bandara Schipol kita oodbisa mendapatkan informasi tempat-tempat wisata di Belanda dengan pelayanan yang professional dan ramah dan tanpa perlu keluar gedung kita bisa mendapatkan kereta menuju beberapa kota di Belanda. Dari Schipol saya naik kereta dengan tiket seharga 3,60 euro menuju Amsterdam Centraal selama 30 menit. Di depan Amsterdam Centraal terdapat gedung kecil Amsterdam Tourism & Convention Board, yang lebih dikenal dengan VVV, tempat turis/ traveler mendapatkan informasi lebih lengkap tentang tempat wisata di Amsterdam dan beberapa kota sekitarnya, akomodasi, tempat menginap, transportasi serta tiket wisata dan transportasi. Dengan memasukkan koin 2 euro di mesin, kita bisa mendapatkan peta

menerima saya apa adanya

Kalimat ini sering diucapkan orang ketika ditanya apa kriteria calon pasangan hidup, jawaban persisnya bisa bervariasi, namun pada intinya kalima yang meluncur dari mulut seperti sesuatu yg lumrah dan sudah dihapal lidah adalah, "sebenernya sih ga susah-susah, saya cuma mencari orang yang menerima saya apa adanya, itu aja kok." Saya termasuk orang yang juga mempunyai jawaban standar seperti itu ketika ada orang yang iseng bertanya, kenapa juga saya masih belum kirim-kirim undangan dan pasang tenda biru (halah kok dessy ratnasari banget yak ^_^)..keliatannya simple dan sangat berbudi luhur..."menerima saya apa adanya" Tapi stelah saya pikir-pikir, "menerima saya apa adanya" itu menjadi kriteria yang menyulitkan juga. contoh nyatanya, sudah beberapa tahun ini saya berhubungan atau sekedar dating dengan beberapa lelaki, dan karena kriteria yg keliatannya gampang tadi, "menerima saya apa adanya", jadi nya malah menyebabkan saya kehilagan energi jika ternyata, setelah dating beberapa kali atau berada dalam hubungan serius dengan lawan jenis, saya tahu orang ini tidak akan bisa menerima saya apa adanya, dan begitu juga saya tidak bisa menerima dia apa adanya. Ditambah rumit lagi, karena ingin selamat dunia akhirat, saya tentunya ingin mempunyai calon pasangan hidup yang beragama sama, selain karena hal itu diatur di KItab SUci agama saya, saya pikir saya tidak ingin bermasalah ketika membesarkan anak kelak, harus ada 1 visi dan mis yang sama, dan anak tidakk boleh bingung mau pilih agama mana yang tidak membuat orang tuanya sedih. Nah, masalahnya, selama ini banyak lelaki yang mendekati saya justru berlatar belakang agama yang beda. Sekarang justru lebih parah, karena saya berada di negara non muslim, negara sekuler. setiap kali saya dating, semuanya berjalan dengan lancar, hingga sampai pada pembicaraan agama (waddaw, kenapa baru dating bbrp kali, malah dating pertama mereka sudah ribut bertanya agama saya??) saya lihat ada reaksi "bagaimana gitu" (hehhe) di mata mereka, reaksi kaget dan kecewa yg sempat tertangkap mata saya di mata lawan bicara saya walopun reaksi itu berjalan cukup singkat hanya 1 detik.... Itu masalah yang mendasar, agama. Masalah lainnya misalanya saya lihat kebiasaan dari si lelaki yang tidak saya sukai, saya sudah ill feel... Ya Tuhan...ternyata hal ini mengajarkan saya, jangan asal ngomong, "menerima saya apa adanya" Mungkin juga kalau saya belum menemukan si belahan jiwa, sifat saya --yg tentunya saya mengkambinghitamkan zodiak saya, Virgo-- yang perfeksionis ini turut membawa andil. Saya sendiri belum membuka diri dan kurang sabar untuk melihat sisi-sisi lain yang bagus dari dia (karena entah kenapa, saya merasa "sangat tertekan" secara sosial karena belum menikah dan bertemu 1 orang di bumi ini yang benar-benar mencintai saya?), atau dia juga kurang sabar dan kurang berusaha untuk memperlihatkan sisi-sisi dia yang mungkin nantinya menarik di mata hati saya?? Saya sadar, karakter saya yang unik, sebenarnya sih kata kaka-kakak saya cenderung aneh, tentunya membutuhkan lelaki yang benar-benar pengertian yang lebih mature dari saya untuk bisa sabar dan berani berkata, "Sari, saya menerima kamu apa adanya" Atau memang belum waktunya saja saya menemukan si belahan jiwa sehingga kedua belah pihak belum bisa tokcer langsung bisa memutuskan, saya bisa menerima dia apa adanya?